Senin, 16 Januari 2012

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA LAMPIRANNYA


Satuan layanan
Bimbingan dan konseling

A.      Tujuan perkembangan                        : mengenal gambar layanan informasi karir
B.      Rumusan kompetensi                         : memiliki gambaran tentang konsep diri
C.      Materi bimbingan                               : bagaimana cara memilih konsep diri yang positif
D.     Bidang bimbingan                               : karir
E.      Jenis layanan                                       : layanan informasi
F.       Fungsilayanan                                     : pemahaman
G.     Kompetensi / tujuan yang ingin          : siswa memiliki konsep diri yang positif dalam hidupnya
di capai                                                 
H.     Sasaran layanan                                  : siswa
I.        Uraian kegiatan dan materi layanan :

KEGIATAN GURU PEMBIMBING
KEGIATAN SISWA
GP membuka layanan dan menjelaskan tujuan layanan informasi karir
Siswa memperhatikan dengan seksama
GP menjelaskan uraian mater ilayanan
Siswa aktif mengikuti penjelasan guru pembimbing
GP mempersilakan siswa untuk Tanya jawab
Siswa aktif bertanya
GP mengumpulkan dan member tugas, hasil tugas di bahas pada pertemuan berikutnya
Siswa memahami

j.   Metode                                            : ceramah, diskusi, Tanya jawab dan praktik
k. Tempatpenyelenggaraan                     :  ruangkelas
L. tanggal / waktu / semester                  :    Januari 2012 / 2x40 M / sem 1
M. pemyelengaraanlayanan                    :  guru pembimbing
N. pihak yang di sertakan                         :
O. alatdanperlengkapan                           : LcD, laptop, modul BK
P. rencanapenilaian                                  : - aktivitas siswasaatmengikutilayanan
                                                                       -  sikapsiswasetelahmengikutilayanan
tindaklanjut                                             : siswa yang pasif dan sikapnya tidak memenuhi
 harapan yang di berikonseling
Q. keterkaitan layanan ini dengan           : layanan konseling layanan lain
R. catatankhusus                                     : hasil evaluasi dan pengamatan
S. Materi layanan                                     : lampiran




KONSEP DIRI DAN KARIR REMAJA

A.PENGERTIAN KONSEP DIRI
Konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri atau pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, baikmenyangkut mental maupun fisik,prestasi,ataupun menyangkut segala sesuatu yang menjadi miliknya yang bersifat material(William james,dalam Gilmore,1974).
Dengan kata lain konsep diri merupakan respon seseorang tentang pernyataan siapa saya?dengan menyadarinya seseorang tentang dirinya untuk akan adanya unsure penilaian tentang keberadaan dirinya,baik atau kurang berhasil,mampu atau kurang mampu.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari badannya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Lebih lanjut Cooley (dalam Partosuwido, 1992) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran, dan identitas dalam hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer, misalnya keluarga. Hubungan tatap muka dalam kelompok primer tersebut mampu memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Dan dalam proses perkembangannya, konsep diri individu dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian dari orang lain (Sarason, 1972). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan individu menuju kedewasaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan asuhnya karena seseorang belajar dari lingkungannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kata lingkungan berasal dari kata lingkung yang berarti sekeliling, sekitar dan diberi imbuhan -an. Jadi, lingkungan memiliki arti seluruh area yang terlingkung dalam suatu batasan tertentu. Sedangkan kata asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) dan memimpin (membantu dan melatih) orang supaya dapat berdiri sendiri. Bisa
dikatakan bahwa lingkungan asuh adalah seluruh area yang terlingkung dalam suatu batas tertentu yang berfungsi merawat, mendidik, membantu, dan melati seseorang agar bisa berdiri sendiri.
Menurut Hurlock (1968), individu belum mampu membedakan antara diri dengan yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap bisa membedakan antara dunia luar dengan dirinya ketika berusia 6-8 bulan, dan ketika berusia 3-5 tahun ia mulai mampu mengidentifikasikan dirinya dalam berbagai dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, kepemilikan benda, warna kulit, dan sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport (Sarason, 1972) dengan istilah early self. Pada tahap ini individu mengembangkan perasaan tubuh-”ku” dan perasaan atas identitas diri. Kemudian, individu mulai punya kemampuan untuk memandang ke dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orang lain.
Bisa dikatakan bahwa konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep diri psikologis. Konsep diri fisik berubah seiring dengan pertumbuhan tubuh. Hal ini berhubungan dengan perkembangan kognitif individu yang baru sampai pada tahap konkrit. Sedangkan pada perkembangan selanjutnya konsep diri psikologis terbentuk ketika individu mulai menyadari kemampuan dan ketidakmampuannya, keinginan dan kebutuhannya, tanggung jawab, peran, dan aspirasinya.
Individu mengembangkan konsep dirinya dengan cara menginternalisasikan persepsi orang-orang terdekat dalam memandang dirinya. Jika individu memperoleh perlakuan yang penuh kasih sayang maka individu akan menyukai dirinya. Seseorang akan menyukai dirinya jika orang tua memperlihatkan penilaian yang positif terhadap si individu. Ungkapan seperti “Anakku pintar” membuat anak memandang dirinya secara positif dibandingkan dengan nama panggilan “Si pesek”. Sebaliknya, jika individu mendapatkan hukuman dan situasi yang tidak menyenangkan maka individu akan merasa tidak senang pada dirinya sendiri.
Selanjutnya, Bee (1981) mengungkapkan bahwa pada usia sekolah, dimensi kategori tersebut menjadi semakin kompleks sejalan dengan semakin meluasnya lingkup sosialisasi individu. Umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap dirinya. Tahap ini oleh Allport (Sarason, 1972) disebut dengan tahap perkembangan diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam masalah secara rasional.
Pada masa remaja, individu mulai menilai kembali berbagai kategori yang telah terbentuk sebelumnya dan konsep dirinya menjadi semakin abstrak. Penilaian kembali pandangan dan nilai-nilai ini sesuai dengan dengan tahap perkembangan kognitif yang sedang remaja, dari pemikiran yang bersifat konkrit menjadi lebih abstrak dan subjektif. Piaget mengatakan bahwa remaja sedang berada pada tahap formal operasional, individu belajar untuk berpikir abstrak, menyusun hipotesis, mempertimbangkan alternatif, konsekuensi, dan instropeksi (Fuhrmann, 1990).
Menurut Hollingworth (dalam Jersild, 1965) masa remaja merupakan masa terpenting bagi seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus menemukan nilai-nilai yang berlaku dan yang akan mereka capai di dalamnya. Individu harus mulai belajar untuk mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa depan, dan khususnya mulai memilih jenis pekerjaan yang akan digeluti secara rasional (Allport dalam Sarason, 1972).
Perkembangan kognitif yang terjadi selama masa remaja membuat individu melihat dirinya dengan pemahaman yang berbeda. Kapasitas kognitif seperti itu didapatkan selama melakukan pengamatan terhadap perubahan-perubahan yang dipahami sebagai perubahan diri yang disebabkan oleh perubahan fisik secara kompleks dan perubahan sistem sosial. Fuhrmann (1990) mengungkapkan bahwa pada masa ini individu mulai dapat melihat siapa dirinya, ingin menjadi seperti apa, bagaimana orang lain menilainya, dan bagaimana mereka menilai peran yang mereka jalani sebagai identitas diri.
Bisa dikatakan bahwa salah tugas penting yang harus dilakukan remaja adalah mengembangkan persepsi identitas untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan “Siapakah saya ?” dan “Mau jadi apa saya ?”. Tugas ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1973) bahwa pada masa remaja konsep diri merupakan inti dari kepribadian dan sangat mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri tersebut bukan merupakan proses yang langsung jadi, melainkan sebuah proses berkesinambungan. Konsep diri mulai terbentuk sejak masa bayi di saat individu mulai menyadari keberadaan fisiknya sampai ketika mati di saat individu sudah banyak memahami dirinya, baik secara fisik maupun psikologis.
Kesimpulannya, konsep diri yang berupa totalitas persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang diemban.
o    William James, dalam Gilmore, 1974 :
Konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri atau pemahaman seseorang tentang baik yang menyangkut kemampuan mental maupun fisik. Prestasi mental maupun fisik ataupun menyangkut segala sesuatu yang menjadi miliknya yang bersifat material

Kesimpulan
  1. Konsep diri sebagai pemeliharaan konsistensi internal (self concept as maintainer of inner consistency)
Individu memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya.
  1. Konsep diri sebagai interpretasi dari pengalaman (self concept as on interpretation of experience)
konsep diri dpt digunakan sebagai penentu tingkah laku , dapat dilihat dari bagaimana pengalaman yang dialami dan diinterpretasikan individu.
  1. Konsep diri sebagai suatu kumpulan harapan-harapan (self concept as set of expextations
Konsep diri menentukan apa yang diharapkan individu untuk terjadi pada dirinya. Individu memandang diri dengan harga yang ia tentukan sendiri dan mengharap orang lain jg memperlakukan dirinya sesuai dengan apa yang ia harapkan.

B.FUNGSI KONSEP DIRI
Felker D.(1974) mengemukakan 3 fungsi utama konsep diri sebagai berikut:
1.      Konsep diri sebagai pemeliharaan konsistensi internal
2.      Konsep diri sebagai interpretasi dari pengalaman
3.      Konsep diri sebagai suatu kumpulan harapan-harapan
           C. KONSEP DIRI YANG SEHAT
Untuk membina konsep diri yang sehat (positif),individu perlu menilai diri sendiri (self-esteem).Cadles(1972) mengemukakan bahwa remaja yang memiliki penilaian diri sendiri tepat menampakkan kehidupan yang bahagia,karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya,walaupun kadang-kadang merasa diri tidak berarti,namun pada dasarnya dia memiliki pandangan yang positif tentang diri mereka.selanjutnyaMCCANDELS mengemukakan dengan rinci mengennnnai konsep diri sebagai berikut:
1.Tepat dan sama
2.fleksibel
3.kontrol diri

D.KONSEP DIRI DAN KARIR REMAJA
Karir yang dipilih seorang erat kaitannya dengan tingkat aspirasi dan pilihan karir siswa.siswa dengan konsep diri positif memiliki asporasi yang tinggi tentang jabatan yang ingin dicapainya,yang mempunyai status social yang tinggi,dan penuh tantangan,mereka tertarik untuk menjadi pemimpin,bukan untuk menjadi pekerja atau bawahan.

E.KONSEP DIRI DAN PRESTASI SEKOLAH
Hubungan konsep diri dan prestasi belajar sangat erat dan merupakan tugas-tugas yang sangat penting untuk mengembangkan konsep diri siswa-siswinya.para ahli mengemukakan berbagai pendapat tentang hubungan konsep diri dan prestasi sekolah sebagai berikut:
  1. .Marison dan Thomson (1973),Lecky (dalam nylor,1972) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki konsep diri positif yang kuat antara konsep diri tersebut menampilkan prestasi yang baik disekolah,atau siswa yang berprestasi tinggi disekolah mmemiliki penilaian diri yang tinggi dan juga menunjukkan hubungan antar pribadi bak dengan guru maupun teman sebaya yang positif pula. 
  2. .menurut Durr dan Schernat (1964),caplin (1969) dan quinby(1967) bahwa siswa siswi yang berprestasi dibawah potensi intelektual yang sebenarnya dan siswa siswi yang berpppprestasi diatas potensi intelektualnya berbeda konsep diri yang lebih tinggi.

Peranan Konsep Diri Dalam Menentukan Perilaku belajar
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu

PENTINGNYA KONSEP DIRI

Kemampuan untuk memahami diri sendiri, atau konsep diri, berkembang sejalan dengan usia seseorang.  Menurut teori cerminan diri (looking glass self), pemahaman  seseorang terhadap dirinya merupakan refleksi bagaimana orang lain bereaksi terhadapnya.  Konsep diri berkembang seiring dengan perkembangan sosial seseorang.  Perkembangan sosial seseorang juga tidak terlepas dari kognisi seseorang  (social cognition) atau bagaimana seseorang memahami pikiran, perasaan, motif dan perilaku orang lain.
Banyak ahli perkembangan yang percaya bahwa bayi yang baru lahir belum  mempunyai konsep diri.  Konsep diri mulai berkembang secara perlahan-lahan pada usia dua sampai enam bulan ketika dia mulai menyadari perbedaan dirinya dengan lingkungan eksternalnya.  Pada usia 18 sampai 24 bulan, bayi mulai menunjukkan pengenalan diri (self recognition) dan mulai membentuk diri kategorikal (categorical-self) yang mengklasifikasikan mereka dalam dimensi sosial yang signifikan seperti usia atau jenis kelamin.
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri.Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang kurang memiliki kemampuan melaksanakan tugas, maka individu itu akan menunjukkan ketidakmampuan dalam perilakunya.
Rogers (dalam Burns, 1993:353) menyatakan bahwa konsep diri memainkan peranan yang sentral dalam tingkah laku manusia, dan bahwa semakin besar kesesuaian di antara konsep diri dan realitas semakin berkurang ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan juga semakin berkurang perasaan tidak puasnya. Hal ini karena cara individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya.Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan.
      Hurlock (1990:238) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Jika konsep diri positif, anak akan mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri.
Mereka merasa ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula. Konsep diri juga dikatakan berperan dalam perilaku individu karena seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan setiap aspek pengalamanpengalamannya. Suatu kejadian akan ditafsirkan secara-berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena masing-masing individu mempunyai pandangan dan sikap berbeda terhadap diri mereka.
       Tafsirantafsiran individu terhadap sesuatu peristiwa banyak dipengaruhi oleh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Tafsiran negatif terhadap pengalaman disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya.
Selanjutnya konsep diri dikatakan berperan dalam menentukan perilaku karena konsep diri menentukan pengharapan individu. Menurut beberapa ahli, pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Pengharapan merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin dicapainya demi tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan.
Menurut Rakhmat (2005:104) konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya bila seorang individu berpikir bahwa dia bodoh, individu tersebut akan benarbenar menjadi bodoh.
        Sebaliknya apabila individu tersebut merasa bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya dapat diatasi. Ini karena individu tersebut berusaha hidup sesuai dengan label yang diletakkan pada dirinya.
Dengan kata lain sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar